Parti Keadilan Sejahtera (PKS) di Indonesia akan pinda perlembagaan mereka untuk masukan bukan islam sebagai ahli parti. Tindakan ini selari dengan PAS yang baru-baru ini turut meminda perlembagaan untuk bukan islam menganggotai parti islam itu. Parti-parti Islam seluruh dunia sentiasa berijtihad dalam konteks siyasah islam terutamanya soal tahalluf siyasi. Bukannya mmacam UMNO Kiasu yang tak pernah berubah, terus kekal dengan melayu sambil menghunus keris kontot.. Ini beritanya
Terima Nonmuslim, PKS Tetap Berasas Islam
VIVAnews - Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq, menyatakan partainya sejak awal membuka diri untuk kalangan nonmuslim. Meski terbuka, Luthfi menegaskan PKS tetap berasas Islam.
"PKS memberikan apresiasi kepada para profesional anak bangsa," kata Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dalam jumpa pers di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis 17 Juni 2010.
Luthfi menjelaskan, para profesional begitu dihargai dan mendapat tempat terhormat dalam PKS. Profesionalisme terdapat di semua orang dari berbagai etnik dan agama.
"Jadi apapun etniknya, apapun agamanya, apapun backgroundnya, sepanjang dia memiliki garis perjuangan yang sama dengan PKS dan mengedepankan profesionalisme serta memberikan apresiasi kepada profesionalitas, mau bersama dengan PKS untuk bersih dan peduli, maka dia akan dapat menjadi warga Partai Keadilan Sejahtera," kata Luthfi.
Keterbukaan terhadap semua kalangan ini, tambah Luthfi, sebenarnya sudah dibuktikan sejak dulu oleh teladan umat Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. "Jadi memang hal ini bukanlah sesuatu yang baru. Begitulah ajaran Islam dan PKS melakukan hal yang sama dalam garis perjuangannya," kata Luthfi.
Rencana membuka pintu untuk nonmuslim dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKS itu juga dipastikan Luthfi tidak mengubah fundamental PKS. Amandemen AD/ART tidak pada bab fundamental, hanya pada masalah mekanisme organisatoris. Prinsip dasar partai, kata Luthfi, akan tetap sama yakni PKS adalah partai Islam yang Pancasilais dan nasionalis.
Dengan demikian, tambah Luthfi, prinsip dasar pola tidak berubah, karena yang berubah hanya pola organisasi partai. "Ini pengaturan ulang pola keorganisasian partai dalam rangka menyongsong target-target yang ingin dicapai oleh partai ke depan," kata Luthfi di sela-sela workshop kader PKS itu.
Penerimaan nonmuslim itu, kata Luthfi, sebenarnya sudah dilakukan sejak awal berdiri dengan nama Partai Keadilan. "Hanya belum terekspos dengan baik di media masa bahwa di antara pengurus dan anggota dewan Partai Keadilan Sejahtera ada yang nonmuslim dan itu tidak ada masalah, terutama di daerah yang di sana Islam itu masih minoritas," kata Luthfi.
Kemarin, Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta menyatakan akan ada amandemen soal aturan enam jenjang kader di PKS. Amandemen ini untuk mengakomodasi nonmuslim supaya bisa didudukkan di posisi legislatif dan eksekutif. Selama ini, PKS baru mendudukkan anggota nonmuslim ini di legislatif yakni di sejumlah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Papua dan Nusa Tenggara Timur.
Inilah serba sedikit latar belakang PKS, parti islam di Indonesia
Parti Keadilan Sejahtera (PKS)
Parti Keadilan Sejahtera (Singkatannya PKS atau PK Sejahtera) adalah salah sebuah parti politik yang berasaskan Islam di Indonesia. PKS didirikan di Jakarta pada 9 Jamadil Awal 1423 H bertepatan dengan 20 April 2002. PKS merupakan kelangsungan dari Parti Keadilan (PK) yang didirikan di Jakarta pada 26 Rabi'ul Awwal 1419 H bertepatan dengan 20 Julai 1998.
Pada 20 Julai 1998 PKS berdiri dengan nama awal Parti Keadilan (singkatnya PK) dalam sebuah konferens di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden parti ini adalah Nurmahmudi Ismail.
Pada 30 Mei 1999 lapan parti politik berasaskan Islam (PPP, Partai Keadilan, Partai Kebangkitan Ummat, Parti Ummat Islam, PPII Masyumi, PNU, PBB, dan PSII 1905) menyepakati penggabungan suara (stembus accoord) hasil Pemilu 1999.
Pada 20 Oktober 1999 PK menerima tawaran kerusi Kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam Kabinet Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, dan mencadangkan Nurmahmudi Ismail (ketika itu presiden parti) sebagai calon menteri. Nurmahmudi kemudian mengundurkan diri sebagai presiden parti dan digantikan pula oleh Hidayat Nur Wahid pada 21 Mei 2000.
Pada 3 Ogos 2008 parti Islam (PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, dan PSII 1905) menganjurkan acara sarasehan dan silaturahmi parti-parti Islam di Masjid Al Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.
Pada 8 Jun 2002 PKS menjadi salah satu parti yang menandatangani MOU bersama 15 pimpinan parti lainnya yang menolak undang-undang Pemilu Nombor 3 Tahun 1999 tentang syarat berlakunya had minimum penyertaan parti politik pada pemilu selanjutnya (electoral threshold) dua peratus di Hotel Sahid, Jakarta. Dokumen bersama ini juga menuntut agar semua parti peserta Pemilu 1999 dibenarkan bertanding lagi dalam Pemilu 2004 walaupun ada parti yang sama sekali tidak mempunyai perolehan kerusi di DPR/DPRD.
Pada bulan Mac hingga Jun 2003 tercatat aktiviti-aktiviti PK yang mendukung aksi-aksi PKS.
Pada 2 Julai 2003 PKS menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota).
Pada 3 Julai 2003 PK bergabung dengan PKS dan dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya. Dengan penggabungan ini maka PK secara rasmi berubah nama menjadi PKS.
Pada Pemilu 2004, PKS memperoleh suara sebanyak 7,34% (8.325.020) dari jumlah total dan mendapatkan 45 kerusi di DPR dari keseluruhan 550 kerusi di DPR. Hidayat Nur Wahid (Bekas Presiden PKS) kemudian terpilih sebagai ketua MPR penggal 2004-2009 dan mengundurkan diri dari jawatannya sebagai Presiden PK Sejahtera.
Sidang Majlis Syura I PKS pada 26-29 Mei 2005 di Jakarta memilih Tifatul Sembiring sebagai Presiden PKS sesi 2005-2010.
Pada 9 Julai 2008 melalui pengundian nombor susunan parti yang diadakan secara rasmi oleh KPU, PKS memperolehi nombor 8 sebagai peserta Pemilu 2009. Pada PEMILU 2009 itu, PKS berjaya perolehi 57 kerusi (10%) di Dewan Parlimen Rakyat setelah mendapat sebanyak 8.206.955 undi (7.9%) daripada penduduk Indonesia. PKS menjadi satu-satunya partai - selain Demokrat - yang mengalami kenaikan jumlah peningkatan undi dalam Pemilu itu.
No comments:
Post a Comment